Oleh
Adreaningsih Rustandi
“Berdiri
tegak, dagu terangkat, pandangan mata ke depan dan tersenyum.
Sempurna!” demikian dia bergumam. Bahkan setiap kali, sebelum
hendak membuka sebuah pintu besar sebuah ruangan yang disebutnya
sebagai kelas. Rena, gadis periang yang sempurna itu, kembali
mengatakan kalimatnya di dalam hati. Dan ketika pintu itu terbuka,
semua mata tertuju padanya.
“Hai
Ren… Pagi!”
“Ren,
sini gabung.”
“Kok
baru berangkat? Kita dari tadi nunggu kamu.”
Ya!
Dia memang hebat. Pintar, cantik, kaya, punya banyak teman dan
hal-hal lain yang membuatnya istimewa. Tapi sebenarnya, dia bukan
seperti yang orang lain pikirkan. Bahkan gadis itu membenci apapun
tentang dirinya sendiri.
Rena
hanya tersenyum dan berjalan menuju arah suara-suara itu datang.
“Maaf, bisnya lama.” jawabnya sambil menepuk kedua tangannya di
depan wajahnya, diiringi ekspresi menyesal yang mendalam.